Selasa, 05 November 2013

Ketika saya membuat tagname,
hastag, atau tanda #SakinahCinta,
banyak orang persepsinya langsung
lari ke persoalan pernikahan. Padahal
seperti yang sudah sering saya posting
di dunia maya dan juga saya
sampaikan di beberapa forum, bahwa
makna SakinahCinta tak secuil itu.
Bagi saya, makna SakinahCinta ini
cukup luas, bahkan saya bisa
menyebutnya sebagai bagian dari
hidup kita.
SakinahCinta secara gramatikal terdiri
dari dua suku kata, Sakinah dan Cinta.
Sakinah berasal dari bahasa Arab yang
artinya ketenangan atau ketentraman.
Sedangkan Cinta itu sendiri bisa
bermakna suka, senang, sayang, dan
sejenisnya. SakinahCinta ini berbicara
tentang perjalanan hidup kita-
utamanya sebagai muslim-.
Semua orang pada hakikatnya
ingin hidup dalam kesakinahan
(ketenangan), atau lebih simpelnya
semua orang ingin kebahagiaan.
Namun, akan menjadi percuma jika
kebahagiaan itu jika hanya bersifat
dan bermakna duniawi, atau hanya
berhenti di dunia. Harusnya
ketenangan (kesakinahan) itu bisa
tembus hingga akhirat, atau
berdimensi ukhrowi juga.
Kita hidup sebagai mahluk
sekaligus hamba Allah, maka
kewajiban kita adalah mengabdi
(ibadah) kepada Allah. Bagaimana
mensinergikan antara kesakinahan
dengan misi sebagai hamba? Ya,
lakukan dengan cinta, itulah kuncinya.
Namun cinta disini bermakna luas,
jangan hanya disempitkan sebagai
cinta lawan jenis, cinta muda-mudi.
Tapi cinta yang dimaksud disini
bermakna prioritas cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya. Dengan menempatkan
Allah dan Rasul-Nya di posisi pertama
dan utama yang dicintai, maka cinta
yang lain akan mengikuti. Jika semua
amal dilakukan lil’llahi ta’ala, maka
itulah tanda cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya.
Bagaimana secara riil
SakinahCinta itu diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari? Kuncinya ada
2, yakni tunjukkan prestasi terbaik
kita untuk orang yang ada di sekitar
kita, dan kontribusi apa yang akan kita
sumbangkan untuk orang di sekitar
kita. Kedua kunci tersebut, jika
digabungkan menjadi satu, menjadi
“tanda di alam semesta”. Dengan
berbekal tanda di alam semesta itulah,
kita akan hidup atau mati dikenal atau
dikenang sebagai SakinahCinta.
Mari kita perhatikan bagaimana
SakinahCinta itu telah bekerja dan
sebenarnya telah lama mencolek kita.
Mari kita perhatikan. Jika disebut
“Sedekah”, maka nama sang pembuat
tanda ust Yusuf Mansur yang keluar.
Jika disebut “Dzikir”, maka nama sang
pembuat tanda ust Arifin Ilham yang
keluar. Jika disebut “Manajemen
Qolbu”, maka nama sang pembuat
tanda ust Aa’ Gym yang keluar. Jika
disebut “Syariah dan Khilafah”, maka
nama sang pembuat tanda Hizbut
Tahrir yang keluar. Begitu seterusnya,
hingga akhirnya terngiang di benak
semua orang tentang prestasi dan
kontribusi mereka yang telah
memberikan ketenangan, karena telah
melakukan kebaikan. Dan juga nama-
nama mereka itu akan dikenang yang
selanjutnya dicintai, juga karena telah
berbuat kebajikan.
Namun sebenarnya pembuat tanda
kebaikan di alam semesta, tidak
hanya terjadi sekarang. Alam pernah
menampung tanda orang-orang mulia.
Lihatlah Mush’ab Bin Umair, menandai
alam menjadi pembuka pintu dakwah
Madinah. Saksikanlah Hamzah Bin
Abdul Muthalib, menandai alam
dengan gelar pemimpin para syuhada.
Lihatlah, Bilal Bin Rabah, menandai
alam dengan menjadi mu’adzin
pertama umat Islam. Saksikanlah,
Usamah Bin Zaid, menandai alam
dengan menjadi panglima perang
termuda. Saksikan juga, Sayfuddin
Qutus, menandai alam dengan
menjadi ‘pengutuk’ pasukan Mongol.
Lihatlah juga, bagaimana Thariq Bin
Ziad, menandai alam dengan menjadi
pemberani penginjak Spanyol. Ada
juga Shalahudin Al Ayyubi, menandai
alam dengan menjadi pelibas pasukan
Salib. Dan juga ada Muhammad Al
Fatih, menandai alam dengan menjadi
penakluk Konstantinopel. Dan yang
tak boleh terlupa yang paling utama
bahwa Rasulullah MUHAMMAD SAW
adalah pembuat tanda bagi umat
manusia (rahmatan lil ‘alamin).
Mereka yang telah menyematkan
tanda di alam, akan dikenang nan
dicinta. Walau jazad telah ditelan
bumi, namun tanda mereka selalu di
hati. Jikapun akhirnya mereka mati,
maka matinya dalam kesakinahan,
ketenangan karena telah
meninggalkan tanda cinta di alam
semesta. Lalu kapan giliran kita?
[follow @LukyRouf]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar